Permainan Politik Haftar di Venezuela Menjadi Teka-Teki yang Sulit Dijawab
Hubungan antara Jenderal Khalifa Haftar dengan Venezuela menjadi teka-teki yang sulit dijawab oleh banyak kalangan.
Pada awalnya dikira Haftar sedang ingun mencari tempat persembunyian di megara Amerika Latin yang berseteru dengan AS itu.
Namun kemunculannya kembali di Benghazi menimbulkan tanda tanya. Lalu muncul spekulasi kemungkinan dia mengantarkan keluarganya atau batangan emas sebagai persiapan.
Namun dugaan terakhir muncul, Haftar diperkirakan menjual emas ke Venezuela untuk mendapatkan dolar atau sebaliknya membeli emas Venezuela dengan dolar.
Venezuela saat ini menjadi negara yang kena embargo, tentu berbisnis dengan negara yang sangat membutuhkan hubungan dengan luar akan sangat menguntungkan.
Namun keheranan muncul ketika Haftar sebenarnya diketahui adalah aset CIA. Amerika Serikat juga sudah menunjukkan banyak jasa untuk Haftar.
Misalnya dengan membiarkan pasukan Haftar mengusai Benghazi dan sebagian besar Libya.
Bahkan dalam pengepungan Tripoli, Presiden Donald Trump menelpon langsung Haftar dan menarik pasukan Amerika Serikat dari bagian barat Libya.
Artinya, AS mempersilahkan LNA menghancurkan pemerintahan GNA yang diakui dunia internasional.
Lebih dari itu, AS mempersilahkan Haftar untuk membantai GNA yang berjasa mengusir ISIS dari Sirte dengan mengorban 700 pasukan tewas.
Seharusnya AS berterima kasih kepada GNA dan malah meninggalkan sahabat tersebut dengan terburu-buru. Bahkan tawaran GNA agar AS mendirikan pangkalan militer di Libya juga tak digubris.
Lalu mengapa Haftar mengecewakan AS yang sudah banyak berkorban untuk dirinya? Yang sudah berkorban untuk menghianati GNA yang memberikan segala bantuan mengusir ISIS?
Itu menjadi tanda tanya besar. Memang saat GNA akhirnya meminta bantuan militer dari Turki, posisi LNA menjadi lemah di barat Libya.
LNA yang mendapat dukungan kuat dari Rusia khususnya melalui pasukan bayaran Wagner, membuat AS curiga perang ini akhirnya akan memperkuat pengaruh Rusia di kawasan.
Ini tentu akan sangat berbahaya bagi doktrin NATO. Walau secara terang-terangan Prancis mendukung LNA dan tak perduli dengan pengaruh Rusia di Mediterania.
AS belakangan terlihat mengurangi dukungan ke LNA karena faktor Rusia tersebut.
Apakah karena itu Haftar memainkan kartu Venezuelanya?
Tidak ada komentar