Dua Pemimpin Kudeta Mulai Konsolidasi Kekuatan untuk Rakyat
Dua pemimpin yang lahir dari sebuah momen kudeta mulai melakukan konsolidasi dengan kabinet untuk membangun rakyat.
Kedua pemimpin kudeta ini kurang mendapat kecaman dari luar karena keduanya muncul untuk menggantikan pemimpin sebelumnya yang tidak dipilih secara demokratis.
Pertama adalah Kapten Ibrahim Traore yang kini menjadi presiden Burkina Faso usai menggulingkan seorang letnan kolonel yang naik ke kekuasaan juga karena kudeta.
Usai memegang kekuasaan, dia diangkat menjadi panglima tertinggi angkatan bersenjata dan berjanji militer tidak akan lama berkuasa.
Sebuah pemilihan akan dilakukan untuk mengembalikan kekuasaan sipil.
Burkina Faso mempunyai kekayaan SDA yang lumayan besar namun rakyatnya hidup dengan sengsara.
Bekas jajahan Perancis ini belum bisa sepenuhnya bebas dari cengkeraman Paris.
Yang kedua adalah Kapten Fareed Al Qassem yang kini telah berpangkat kolonel.
Dia menjadi 'pemimpin de facto' negara Al Rukban sebuah kamp pengungsi di perbatasan Suriah, Yordania dan Irak dengan pusat pemerintahan di pangkalan militer Al Tanf.
Sebelumnya, kepemimpinan Al Rukban dipegang oleh Jenderal Muhannad Al Tala. Namun karena kurang koordinasi dengan AS dkk, dia digulingkan saat liburan ke Turki.
Koalisi AS dkk mengganti Jenderal Al Tala merupakan sebuah pentunjuk bahwa milisi yang menguasai Al Rukban merupakan proksi AS dan tidak mempunyai kebebasan untuk memilih meski kamp pengungsi ini memiliki dewan warga.
Meski jumlah pengungsi mencapai 50 ribu dan milisi sekitar 2 ribuan, kamp ini tidak berada dalam otoritas apapun di Suriah.
Pemerintahan Bashar Al Assad tak mengakui Zona Demiliterisasi Al Rukban sebagai sebuah kamp pengungsi sehingga melarang badan kemanusiaan internasional menyalurkan bantuan.
Kamp ini juga tidak berda di bawah otorita pemerintahan interim oposisi (SIG), atau penyelamat (SG) dan bahkan juga tidak di bawah pemerintahan SDC/SDF/AANES Kursi yang menguasai Timur Suriah.
Dengan posisi unik itu, kamp ini bahkan lebih 'independen' dari kamp Al Hawl di Deir Ezzour yang dibuat untuk menahan keluarga eks ISIS.
Meski kamp ini bergerak otonom di mana pengungsi mengurusi kepentingan mereka sendiri, namun secara administratif berada dalam pengawasan SDC.
Tidak ada komentar